Sabtu, 2 Oktober 2010, hari pembukaan Indonesia Book Fair yang ke-30. Gue telah berjanji dengan Rahma untuk datang lagi ke IBF dari setahun lalu waktu Indonesia Book Fair 2009. Berhubung tempat penyelenggaraannya diadakan di Istora Senayan, gue udah seneng-seneng aja. Soalnya lebih mudah diakses dari Jl Jend. Sudirman. Pagi harinya, gue ada perlu sebentar ke depok jadi kita janjian langsung di halte Gelora Bung Karno.
Gue udah nyampe jam 1 siang. Ternyata si Rahma masih di Kampung Melayu. Alamak,masih jauh. Gue memutuskan untuk ke IBF duluan. Gue kaget ketika mendekati gerbang ,yang biasanya dibuka, digembok . Memang nampak panggung kecil entah acara apa, seingat gue memang sudah terpasang dari hari sebelumnya. Mungkin karena masih berantakan gerbangnya dikunci dari dalam. Menyebalkan, itu berarti jalannya muter. Sama aja dunk, jauh-jauh juga kayak waktu mau ke JCC. Akhirnya engga jadi masuk duluan, nungguin Rahma aja di halte.
Kita sempat bertanya-tanya apakah masuknya bayar apa tidak. Karena tahun sebelumnya dikenakan HTM 5.000 atau buku yang disumbangkan. Kita berjalan memutari ke depan fx dan masuk lewat pintu depan hotel Atlantis. Mendekati Istora, ternyata pintu pagar belakang Istora juga dikunci! Beneran deh,jalannya jauhhhhh *mijet-mijet kaki*. Tahu begini harusnya jalan ke depan dekat pintu masuk hotel Sultan.
IBF 2010 tidak dikenakan karcis masuk. Alhamdulillah. Marilah kita belanjaaa buku..’Kita skimming dulu aja’, kata gue. ‘Ok’, jawab Rahma. Kelompok Gramedia menempati daerah pintu masuk. Kita berjalan pelan-pelan. Biasanya kalau book fair di Istora bisa berkali-kali muterin Istora tanpa disadari. Nampaknya buku-buku yang terakhir gue baca mempengaruhi minat gue mau beli apa.
Perhentian pertama gue di stand Sinar Harapan. Ada buku yang kemarin di BMS engga sempat beli. Cuci gudang! Dari 3000, 5000, 10.000, 15.000, bahkan ada yang 1000. Gue membeli satu buku tentang nasionalisai perusahaan belanda, biografi wartawan perang, sejarah Indarung – lokasi pabrik semen Padang dan novel jadul dari Naskah Jamin yang cuma 2000 saja. Untung saja kemarin gue dapat tas gagas media di klub buku Goodreads Indonesia. Tas tersebut akhirnya sangat-sangat berguna :D
Perhentian kedua, pasar buku langka TMII. Stand ini kayaknya memang wajib gue kunjungi setiap ada book fair. Gue inget banget waktu itu mupeng banget ama Kuli Kontrak – Mochtar Lubs disini,engga kebeli habisnya harganya mahal di kantong mahasiswa (waktu dulu). Satu buku yang menarik yang udah masuk daftar inceran yaitu Rusli Amran – Sejarah Sumatera Barat dari Plakat Panjang. Gue siy udah ngecek harga onlinenya berapa. Jadi klo disini lebih mahal mending beli online hehehe ^^ ternyata harganya sama,bungkuss Bang! Seperti biasa gue akan menanyakan buku idola gue, Mochtar Lubis. Karena waktu dulu pernah lia tehnik mengarangnya Mochtar Lubis. Adanya Harimau Harimau!. Saya sudah punya :D. Mas-masnya menarik buku hardcover yang tak menarik, twilight in Jakarta – Mochtar Lubis.aaaa (dalam hati), edisi Inggris Senja di Jakarta! Yang membuat gue heran,kok edisi bahasa Inggrisnya lebih tebal dari edisi bahasa Indonesianya. Berapa Mas? Angka yang disebutkan membuat gue mengulun ludah.aaa,masih perhentian kedua bisa bangkrut gue klo beli ini. Azia,ntar aja lah belinya,inget budget,lagipula kan udah punya edisi bahasa Indonesia yang jadulnya, malaikat sisi baik gue berkata. Zi! Kapan lagi lo nemu edisi bahasa Inggrisnya.ingatt...kesempatan tidak datang dua kali,malaikat sisi jelek gue ga mau kalah. Selagi masih memegang buku Mochtar Lubis itu,gue ditawarkan buku-buku minangkabau yang lainnya. Ini buku langka niy Mbak..Ternyata buku yang gue taksir di buku online yang gue suka beli. Berapa Mas? Dia menyebutkan angka jauh diatas harga buku Mochtar Lubis. Gue tersenyum manis sekali tapi hati gue menjerit, aha! Di online harganya cuma setengah harga, Beli online aja *semoga masih ada* Gue hanya membawa satu buku. Walaupun yang gue pengenin buanyaakkkk.
Pengunjungnya tidak rame dan tidak juga sepi. Lumayan enak lha. Jalanan lowong. Kalau dibandingin dengan Jakarta Book Fair kemarin,beuhhhh..penuh banget. Jalannya pelan-pelan. Kadang-kadang si Rahma nyangkut dulu liat komik. Dia masih penasaran dengan komik Samurai X Cuma belinya harus semuanya,engga bisa satu-satu. Ada lumayan banyak stand komik 3000an,4000an,5000an. Gue siy hanya tertarik dengan komik Miiko. Untuk komik lainnya, gue minjem aja deh. Hehehe..
Di salah satu ruangan terdapat anjungan dari perpustakaan-perpustakaan daerah dari seluruh propinsi Indonesia . Yang gue lihat dari Kalimantan selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, DKI Jakarta. Tentu saja gue mencari stand Sumatera Barat. Uniknya selain perpustakan-perpustakaan daerah tersebut selain mendisplay koleksi mereka. Ada juga yang memberikan souvenir kecil seperti yang diberikan di stand Papua. Masing-masing kami mendapatkan kalender postcard dengan gambar khas Papua. Dan setelah mengisi buku tamu dapat lagi,cincin kayu yang dianyam.hohoho..yes,ada yang muat jari kelingking. Lalu kami mampir sebentar ke stand CCF,lumayan dapat gratisan dengan mengisi buku tamu.hahaha dasar.. engga bisa liat souvenir gratis :P
Perhentian ketiga yaitu Yayasan Obor Indonesia (YOI). Selain karena penerbitnya memang didirikan oleh Mochtar Lubis, buku-buku terbitan dari YOI memang selera gue *halah*. Buku-buku lamanya juga dihamparkan selain ada diskon 20% dibuku-buku baru. Untuk memastikan harga yang tertera udah didiskon atau belum. Gue bertanya ke Bapak yang biasa gue liat di book fair. Pokoknya kalau stand YOI ikutan book fair pasti selalu ada Bapak-bapak yang ramah itu. ‘Belum diskon kok Mbak..’ujarnya. Tiba-tiba dia berkata ’wah Mbak ini buku bagus lho..memang engga salah pilihannya’. Dia melihat buku Cadas Tanios – Amin Maalouf. Gue tertawa kecil. Bukunya tinggal satu lagi. Karena dia melihat pilihan gue banyak ke buku sastra. Dia merekomendasikan Amarah – John Steinbeck (terjemahan dari Grapes of Wrath). Sama seperti perhentian kedua, ada banyak buku yang gue incer di stand YOI. Beberapa dari buku tersebut pernah gue pinjem dari Perpustakaan Pusat UI dan bagus layak jadi koleksi seperti Amarah – John Steinbeck. Gue sesekali memberikan review sekilas ke Rahma tentang buku-buku yang ada. Di bagian-bagian buku lama ditumpuk berderet-deret.Dan cara yang paling enak milih buku adalah menyelusuri punggung buku dengan jari. Jadi lebih mudah klo menarik dan cover tidak akan membuat kita tertipu. Gue menarik buku ‘Yang tertindas – Sally Morgan’.menarik..selama ini gue belum pernah baca tentang orang aborigin. Si bapak mengangguk-angguk sambil mengacungkan jempolnya ‘bagus Mbak..’. ‘Berapa Pak?’ harganya engga ada. Dilihat dikomputer harganya 19.000 *murah untuk buku sastra yg tebal 590 hal*. Yaudah,10.000 aja Mbak..tulis dikomputernya sepuiluh ribu, kata si Bapak ke staf kasirnya. ‘Mbak diskonnya ditambahin ya..yang 20% jadi 30%’ujar si Bapak. Apa? Gue tidak salah dengar..YES!! *udah pengen loncat-loncat* Buku inceran yang tadinya gue ga jadi beli, langsung gue taruh ke meja kasir bersama setumpuk buku yang udah di-take cup. Udah dapat diskon tambahan, katalog, ditawarin jadi member YOI. Gue mengobrol tentang Mochtar Lubis. Terutama request-colongan supaya YOI menerjemahkan biografi Mochtar Lubis karangan David T Hill yang diterbitkan diluar negeri. Pas gue liat di amazon harga buku tersebut $150..anjrit,sejuta lebih >.< ‘Iya mbak..banyak juga permintaan terjemahannya..kita lagi usahakan’ Gue juga menanyakan buku Mochtar Lubis yang lainnya : Korupsi Politik, Perlawatan Ke Amerika Serikat, Perang Korea. Yang susah banget nemunya. Dan si Bapak itu membocorkan buku Mochtar Lubis yang akan segera diterbitkan..hohoho..
‘Kuliahnya di sastra Mbak?’tanya Bapak kepada kami berdua. Sontak kita jadi ketawa.
’engga..ekonomi’,jawab gue
‘kok bisa tertarik dengan buku-buku sastra?’,tanyanya lagi
‘pengen tahu dan baca aja’,jawab Rahma
Dia lebih semangat lagi saat tahu kita anak FE. Dia langsung menyebutkan Pak Fiz – Dekan FE. Salah satu bukunya yang berjudul ‘Marketing Politics’ diterbitkan oleh YOI.
Yang Pasti tentengan jadi bueratt banget..kuantitasnya siy engga seberapa cuma berat bukunya mantep-mantep ^^
Isi kantong Belanja IBF kali ini yaitu :
1. Indarung : Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia
2. Perjalanan Seorang Wartawan Perang
3. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia
4. Dan senjapun turun – Nasjah Djamin (Cuma 2000 lho)
5. Sumatera Barat hingga Plakat Panjang – Rusli Amran
6. Cadas Tanios – Amin Maalouf
7. Yang Tergusur – Sally Morgan
8. Amarah 1 – John Steinbeck
9. Amarah 2 – John Steinbeck
10. Kayu Naga – Korrie Layun Rampan
11. Pengantar Sastra Minangkabau
12. Asal-usul Elite Minangkabau Modern
13. Suku Bajo
Beda banget dengan belanjaan tahun kemarin,hehehe..Nyampe rumah adek gue mencak-mencak aja engga dibeliin teen-lit.
Gue merasa feel dari IBF 2010 sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena faktor tempat, biasanya kan di JCC berasanya luass. Dari segi peserta,kok gue merasa ada sesuatu yang ‘hilang’. Gue tidak melihat ada partisipasi dari penerbit luar. Yang tahun lalu ada penerbit malaysia *klo ga salah*. Setiap tahun selalu ada tema khusus yang tahun ini mengusung Bumi Parahiyangan. Kok engga berasa ya. Kenapa? Karena tema tersebut tenggelam dengan diskon-diskon dan tulisan-tulisan buku murah. Apa ya supaya bisa berasa tema Parahiyangannya, entah ada backsound musik sunda mungkin. Gue engga tahu apa gue melewatkan stand khusus untuk Jawa Barat. Yang pasti menurut gue, temanya tidak menyerap ke acaranya.
Mengapa event sebesar Indonesia Book Fair bisa kalah pamor dari Jakarta Book Fair? Asli lebih rame Jakarta Book Fair. Pesertanya lebih banyak ampe ke atas-atas juga diisi, masih kurang pake tenda..ramee deh..Parkiran juga penuh. Kadang jadi macet keluar Gelora Bung Karno. Sementara media partnernya oke-oke kok, ada metro tv. Hari pertama memang tidak terlalu rame. Justru itu gue merasa beruntung *walaupun jalannya jauhhhh* Bisa menelusuri stand-stand dengan puas tanpa dorong-dorongan, buku-buku yang menarik jadi terlihat lebih menonjol karena tak terhalangi pengunjung lainnya. Dapat diskon tambahan lagi..Memang kali ini,lebih terjangkau dibandingkan dari tahun kemarin.
wah, malah belum sempet ke IBF. aku kadang suka susah ngebedain IN+BF sama JBF, ngertinya yang pasti pameran buku dan diskon. hehehe.
ReplyDeletebtw, selera bukunya berat2 gitu ya,, belom sampe ke arah sana, sampe sekarang aku masih suka baca fiksi-fiksi yang belom begitu berat.. suka banget sama mochtar lubis ya mba? :)
buruan sebelum IBF berakhir tgl 10 Oktober 2010..lumayan lho diskon-diskonnya..Jakarta Book Fait / Pesta Buku Jakarta biasanya diselenggarakan juni/juli bertepatan dengan ultah Jakarta.dari segi peserta pameran, menurut aku PBJ lebih lengkap. stand-standnya hingga ke lantai 2 istora dan kadang ada tenda tambahan. Indonesia Book Fair menghadirkan perwakilan perpus/penerbit dari propinsi-propinsi di indonesia. kadang ada partisipasi penerbit luar. Skala IBF harusnya lebih luas dari PBJ tapi menurut pengamatanku malah kyk PBJ versi lebih kecil.
ReplyDeletepada dasarnya aku suka semua buku..aku juga suka baca buku fantasi,teenlit,chicklit tergantung suasana hati pengen baca buku genre apa.kmrn lagi pengen nyari buku sastra sama sejarah.baca itu juga proses.
iya,mochtar lubis idolaku.aku suka tulisan2nya terutama ketika ia aktif di harian Indonesia Raya :D